Marginal Utility

Masih ingat dengan The Law of Diminishing Return atau Marginal Utility yang kita pelajari waktu di SMP/SMA dulu? Semakin banyak sendok nasi yang kita makan, kenikmatannya akan terus menurun. Hal yang sama terjadi, kenikmatan mengendarai mobil baru, awalnya enak dan nyaman lama kelamaan menjadi biasa. Sebaliknya jika harus turun kelas mobil, awalnya akan merasa tidak enak dan mau muntah, namun lama kelamaan akan terbiasa, jadi enak juga.
Sebelumnya saya pake Mercedes E Class, siapapun tahu ini mobil paling nyaman di kelasnya. Karena sesuatu dan lain hal saya ganti menjadi Kijang Kapsul baru 2000 cc Apa yang terjadi? Saya dan seluruh keluarga merasa tidak enak bahkan sebagian lagi merasa pusing dan mual. Namun lama kelamaan menjadi terbiasa dan bisa menikmati Kijang Kapsul.
Alhamdulillah, sekarang saya pakai mobil yang lebih nyaman, anggaplah nilai kenyamanannya 9. Rasa nyaman ini terasa signifikan waktu pertama ganti mobil. Saya bersyukur dengan kenyamanan tersebut. Namun lama kelamaan kenyamanan tersebut berkurang kualitas rasanya sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu, hingga akhirnya nilai rasanya hanya tinggal 7 tidak jauh berbeda dengan Kijang Kapsul yang dulu. Kenyamanan mobil ini baru terasa signifikan lagi, setelah saya naik mobil yang lebih rendah kualitas kenyamanannya, saya ganti naik Kijang Kapsul lagi. Saya akan merasa tidak enak lagi, nilai kenyamanannya hanya 5. Namun jika kita pakai terus Kijang Kapsul tersebut, lama kelamaan terbiasa dan nilai rasanya akan meningkat hingga mencapai 7.
Contoh lainnya, dulu saya pernah punya teman kantor sangat cantik dan seksi (maaf jika dianggap vulgar), saat itu saya menganggap nilainya 9. Lama kelamaan berinteraksi dengannya, nilai kecantikannya menjadi biasa dan turun hingga tinggal 7. Ternyata, kawan cantik satu ini punya sifat buruk, yaitu suka selingkuh dengan teman kantor pria yang masih muda. Seketika saya menjadi sebal dengannya dan nilainya anjlok di mata saya tinggal 4.
Di lain pihak, ada rekan kantor wanita yang sangat buruk rupanya, pertama kali bertemu mungkin nilainya 4. Namun lama kelamaan berinteraksi dengannya menjadi biasa dan menjadi tidak jelek-jelek amat, nilainya berangsur membaik menjadi 5,5. Apalagi setelah melihat akhlaknya yang baik, perhatian, santun, dan rajin shalat. Nilainya semakin naik hingga menjadi 7.
Hal inilah, yang dapat menjawab mengapa banyak pasangan suami-isteri artis yang ganteng dan cantik, namun umur perkawinannya tidak panjang. Ketika ukuran mereka hanya dilihat dari outer beautynya saja, maka berlakulah Marginal Utility yang nilainya semakin menurun.
Itulah pentingnya niat yang lurus dalam perkawinan. Jika menikah karena kecantikannya, keturunannya atau hartanya, maka menurun kualitasnya semua. Namun jika kita menikah karena agamanya maka “Tarobat yadaaka” kita akan merasa puas dan penuh keberkahan.
Jika kita menikah dengan niat yang benar, maka semakin berlalunya waktu kita akan semakin cinta dengan pasangan kita. Semakin cinta karena isteri kita pandai merawat anak-anak, semakin cinta kepada suami karena rajin shalat malam dan rajin berdakwah. Masya Allah…
Seorang tukang becak, yang biasa makan ngirit di warteg, suatu ketika diajak makan di Rumah Makan Sederhana, pake ayam pop atau ayam sayur, maka ia akan merasakan kenikmatan yang luar biasa seperti di surga dunia. Sebaliknya seorang kaya, yang biasa makan di hotel-hotel berbintang, restoran-restoran kelas dunia, jika kita ajak makan di rumah makan biasa tentu menjadi sangat tidak berselera.
Inilah Maha Adilnya Allah SWT. Ternyata kenikmatan tidak selalu berbanding lurus dengan materi. Itu sebabnya orang barat berkata: “You can buy bed but not sleep, you can buy house but not home“. Dan kita teringat pada perkataan sayidina Ali ra bahwa “Orang yang paling kaya adalah orang yang paling qona’ah“. Qona’ah dan bersyukur merupakan kata kunci hidup bahagia, kehidupan yang memiliki nilai tambah dan keberkahan.
Dengan memahami hal ini dengan baik, barulah seorang muslim akan menjadi mukmin yang ajaib. Sungguh ajaib urusan seorang mukmin, ketika mendapat nikmat ia bersyukur, dan ketika mendapat cobaan ia bershabar, dan semua kondisi itu baik baginya. Bahkan tertusuk durinya seorang mukmin akan menghapus dosa-dosanya jika dia ikhlas. Betapa indahnya hidup seorang mukmin. Inilah yang harus kita kejar…. WaLlahu a’lam.


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites